PENGABDI KETAN
DRAMA : HOROR MYSTERY
NAMA TOKOH :
1. PAK DUKUN (pemarah)
2. PREMAN (kasar,bengis,pemarah,penakut)
3. LALA (penakut)
4. UCOK (keras kepala,pelawan)
5. BUK PENJUAL KETAN (mudah marah)
6. ANAK PENJUAL KETAN(jahil)
7. ALAN(baik)
8. PAK JUL (sebagai pembunuh ibu ketan)
9. Bang Mul
Pada suatu
hari di desa pochinki, sebuah desa urbanisasi tempat semua suku yang berbeda, hidup dengan damai. Di suatu sore ada seorang
anak yang bernama Ucok. Ucok saat itu pergi memancing ikan di empang yang
berada dihutan, jauh dari rumahnya. Ia selalu membawa tas untuk membawa
minum, ataupun pakaian. Ia tidak tau kalau ia sedang diikuti oleh temannya sedari
tadi.
Adegan 1 :
Ucok : (Menunggu
pancingan sambil bernyanyi)
Lala : Eh ucok! Kamu
ngapain sih kesini sendirian? Jomblo yaa (dengan nada menggoda)
Ucok : Apa nyah kau ini. Suka -
suka aku lah mau sendirian kek, mau berduan kek. Sibuk pula kau kulihat!
(dengan nada kesal)
Lala : Hehe Iya -
iya, jangan marah dong, ntar nambah jelek loh. Oh iya, kamu ngapain sih
disini dari tadi?
Ucok : Lagi nunggu
ayam jantan betelur. Ya lagi mancing lah. Nggak bisanyah kau lihat ini apa?
(Sambil menyodorkan pancing miliknya)
Lala : Kau
mancing apa disini? Astaga ucok. Kau mancing apa? Kolam ini isinya anak katak
semua loh.
Ucok : Ya dibawah anak katak itu ada ikannya.
Ketika itu, datang Alan yang
berperawakan bak anak polos dan beriman.
Alan : Astaghfirullahaladzim kalian ini. Tau
nggak kalau kalian berduaan disini yang ketiga itu setannya
Lala : Lah?
Kalau gitu berarti setannya kau dong?
Alan : Taubatlah kalian,
bentar lagi kiamat loh. Nggak takut kalian sama adzab tuhan yang sungguh pedih?
Ucok : Mana adzab? Nggak takut aku
sama adzab (kemudian ada suara petir). Waduh seram juga bah.
Lala : Makanya,
janganlah kau main-main sama adzab pula.
Kemudian dari arah berlawanan
datanglah Ibu-ibu penjual ketan yang menghampiri mereka
Ibu ketan : Dek, ketannya dibeli dong dek. Masih pada anget
loh dek, baru ibu kukus.
Ucok : Buk, gaada
uang kami buat beli do buk. Lagian ketan ibu ini gak ada bagus-bagusnya lagi. Baik
ibu pergilah jauh-jauh dari sini.
Ibu ketan : Apa kau cakap? Ulang sekali lagi, emang gaada
sopan-sopanmu sama orang tua ya. Ini aku jualan turun-temurun tau kau?
Enak-enak mulutmu itu bilang ketan pulutku ga bagus lagi.
Alan : Maaf buk.
Teman kami mulutnya emang ga bisa dijaga.
Ibu ketan : Minggir kau! (sambil mendorong muka alan
kesamping) Biar kuhapal dulu tampang anak ini. Masalah kita belum selesai
sampai disini. (langsung pergi dengan muka marah sambil mengomat-kamitkan
mulutnya dengan seribu kutukan).
Ucok : Bah,
apanyah ibuk itu. Marah-marah aja muncungnya itu. Cuma bilang sikit itu ajanyah
aku.
Lala : Kau pun
juga salah, kalau kau ga mau beli bilang aja baik baik, jangan kau caci
dagangannya.
Alan : Betul tuh.
Dia cari rezeki buat kebutuhannya. Jangan... (langsung dipotong Ucok)
Ucok :Diamlah kalian.
Lari semua lah ikannya kalau gini. Kalian berdua sebenarnya mau ngapain kesini?
Lala : Aku gara-gara
lihat kau cok. Kepo aku, ya aku ikutin lah.
Ucok : Ha tu, kau
karna apa lek? (Menunjuk Alan dengan dagunya)
Alan : Kalau aku
karena lihat kalian berdua ke hutan ni. ya aku ikuti lah. Aneh-aneh pula nanti
kalian disini.
Ucok : Udah-udah.
Sakit kepalaku yang paten ini dengar kalian. Ayoklah pulang, udah kabur ikannya
gara kalian, lagian udah maghrib ini.
Mereka bertiga pun menyusuri hutan. Matahari pun sudah
waktunya menerangi belahan bumi yang lain. Mereka melewati semak-semak untuk
keluar dari hutan. Ditengah perjalanan, mereka tiba-tiba dicegat oleh seorang
preman yang lewat disana.
Adegan 2:
Preman :
Woi! Ngapain kalian sini? (dengan nada sedikit membentak).
Alan : Kami cuman
mau pulang aja kok bang.
Preman :
Eh kalian emang nggak tau ya?
Ucok : Enggak bang
?
Preman :
Ha sini kalian dulu, biar kukasih tau kalian (Merekapun mendekat). Kalau mau
lewat sini bayar dulu.
Ucok : Kau kira
takut aku samamu bang? Kubunuh mati kau bang
Preman :
(meninju pipi Ucok) Masih berani kau? Biar kugesek sekali lagi tinjuku ini ke
pipi gemukmu itu
Ucok : Enggak bang,
sakit nih bang. Nggak tau sakitnyah kau bang? (tiba tiba bagak nya hilang
seketika)
Lala : Iya bang
ampun. (sambil memisahkan Ucok dari si preman) Tapi kami nggak ada duit bang.
Preman : (langsung memeriksa kantung mereka) Ah, bohong-bohong
pulak kalian samaku ya. Ini apa? Banyak nyah duit kalian.
Alan : Bang, jangan
bang. itu uang mamak ku. Kena marahin nanti aku sama mamak ku. Bang, balikin dong
bang.
Preman :
Apa? Berani kalian? (sambil mengancam) Ha, lumayan juga lah ini ya, bisa juga
aku beli tiket haji kalau gini terus tiap hari. Dah lah, pergi abang dulu ya
dek, mau cari rezeki lagi abang. Baek baek kalian disini ya (langsung
meninggalkan mereka bertiga).
Setelah pergi, preman tersebut pun
menyusuri hutan tersebut. Namun, ntah kenapa dia selalu bertemu dengan mereka
bertiga lagi
Preman :
Woi! Ngapain kalian ngekorin aku terus?
Ucok : Ha, nanya
pula kau sama kami bang. Kau yang dari tadi mutar-mutar disini.
Preman :
Serius - serius aja lah kau! (kembali menyusuri hutan dan akhirnya bertemu
mereka lagi) Alamak, matilah. Tersesat pulalah aku disini bah.
Alan : Ya,
namanya juga udah malam bang. Dihutan ni wajar aja kita tersesat bang. Hutan ni
luas, gini aja deh bang, kita sama - sama aja jalannya. Kita kan sama – sama mau
keluar dari sini.
Preman :
Ya udah, atur kalian aja. Sempat tersesat lagi aku, habis kalian.
Lala : Iya bang,
iya. Cepat ajalah, udah gelap kali ini bang.
Preman :
Iya cantik, sini sama abang.
Lala : Ogah, jijik
aku lihat muka bang. Masih lebih ganteng beruk disini daripada muka abang (masang
muka jijik)
Preman :
Alah dek, jangan gitu lah.
Alan : Udahlah
bang, ga keluar – keluar kita dari sini. Nanti, kalau udah keluar dari hutan ini,
aku bantu abang dekat sama si Lala.
Ucok : Iya, betul
tu. Kalau nggak salah, tulang ku pernah bilang kalau disini ada hantunya. Hantunya
itu kalau nggak salah ibu - ibu jual ... (pembicaraan langsung dipotong alan)
Alan : Udahlah, nggak
ada yang namanya hantu. Ayoklah, pikirin aja cara kita keluar. Soalnya, banyak
hewan buas yang aktif kalau udah malam.
Adegan 3
Mereka berempat pun melanjutkan
perjalanan. Namun, sama seperti tadi, mereka seperti diarahkan untuk berputar –
putar ditempat yang sama.
Preman :
Dek yang benar lah. Ga rela aku mati disini sama kalian.
Ucok : Alah bang.
Baru tersesat, udah kaya gini aja kau bang. Macam mana pulak kau mau jadi
preman terkuat di bumi?
Preman :
Santai lah mulut jelekmu itu. Dari tadi kau kulihat ya.
Alan : Udahlah woi.
Kita ini lagi tersesat. Ucok, kau kan udah sering kesini, kok ga bisa kau cari
jalan keluarnya?
Ucok : Kalau masih
sore, bisa aku keluar dari sini. Ini udah malam, ga biasa aku keluar malam –
malam.
Lala : Udah lah,
pohon dihutan ini sama semua, jalannya pun bersimpang – simpang. Wajar aja kita
tersesat kaya gini.
Kemudian, mereka pun melanjutkan
perjalanan. Tak lama kemudian, datanglah seorang dukun yang sedang berjalan dihutan.
Entah, apa tujuannya.
Alan : Woy! Siapa
tuu ? (Menunjuk sambil ketakutan)
Pak dukun : Kalian ngapain disini? Di hutan ini, banyak
makhluk halusnya.
Ucok : Bapak
siapa? Kalau emang iya banyak hantunya, ngapain lah bapak disini?
Pak dukun : Aku, dukun paling hebat dikampung ini, semua
masalah yang berkaitan dengan dunia lain bisa kuatasi. Aku disini lagi cari
peliharaan baru.
Lala : Tunggu, bapak
bilang, bapak ahlinya semua perkara yang berkaitan dengan dunia lain kan?
Pak dukun : Iya, kenapa emang?
Lala : Kami
tersesat pak. Tolong kami cari jalan keluar dari hutan ini, Dari tadi kami
mutar – mutar, tapi selalu balik kesini lagi.
Pak dukun : Itu bisa diatur. Asalkan ada duit, saya akan
bantu.
Mereka berempat pun berembuk
tentang hal tersebut.
Adegan 4 :
Alan : Eh,
gausahlah. Ini namanya musyrik, kena adzab nanti kita.
Ucok : Alah,
banyak pulak bacot kau. Daripada kita mati disini, bagus kita percaya sama
dukun itu.
Lala : Tapi, uangnya
kita dapat darimana? Kan...
(Mereka bertiga serentak melihat kearah preman. Karena ingat
bahwa semua uang mereka diambil olehnya)
Preman :
Ha? ngapa kalian liat - liat ?
Ucok : Alah bang,
kasih lah duit itu. Biar keluar kita dari sini, udah rindu aku sama mamakku.
Preman :
Gaada. Capek aku ambil dari kalian, Enak - enak kalian aja.
Lala : Bang, kasih ajalah, emang abang mau kita ga
keluar - keluar dari sini?
Preman :
Karna adek cantik ini yang minta, jadi luluh abang. Yaudah
Lala : Yaudah
apa?
Preman :
Yaudah ini, (merogoh kantong dan memberikan uangnya) Jangan lah galak – galak
gitu dek.
Alan : Jangan la,
musyrik loh.
Lala : Alan diam
aja deh! Tinggal aja disini kalau ga mau.
Mereka pun akhirnya sepakat untuk
memakai jasa si dukun. Namun, berbeda dengan yang lain, Alan tidak setuju. Karena
menganggap itu dosa besar.
Lala : Pak, kami cuma punya uang segini. Jadi
tolong ya pak, kami mau pulang.
Pak dukun :
Oke, saya anggap ini uang muka nya. Sisanya nanti saya minta lagi ya.
Preman :
Iya, jangan banyak omong. Udah mau tengah malam ini.
Pak dukun pun melakukan ritual. Namun,
tiba - tiba ada suara teriakan. Mereka semua terkejut termasuk pak dukun.
Lala : Aaaaa! (teriak)
Itu suara apa? (Hampir menangis)
Pak dukun : Tenang semuanya. Kalau ada saya, tidak ada yang
bisa mengganggu kalian (lalu melakukan ritual untuk mengusir makhluk halus
tersebut.)
Namun ada suara teriakan yang lebih
keras.
Ucok : Amang,
Inang, tolong ucok. (berteriak ketakutan)
Pak dukun : Tenang. Semuanya nggak usah takut (kembali
melakukan sesuatu)
Namun kembali ada
suara teriakan disertai suara derap
langkah orang yang
berjalan melintasi daunan yang
kering.
Pak dukun : Aaaa! (terkejut dan berteriak keras) Ngapain
kalian masih disini? ayo kabur!
Kemudian mereka bersembunyi dibalik
semak sambil ketakutan. Kemudian ada anak kecil yang berkeliling
Lala : Apa itu? aku
mau pulang (sambil menangis ketakutan)
Preman :
Udah, tenang kau dek. Biar abang yang hadapin hantu tadi, nggak takut abang.
Kemudian alan sengaja memukulkan
sendalnya ke lantai dan membuat bunyi yang lumayan keras dan membuat preman
tersebut berteriak seperti perempuan.
Alan : Gitu aja
abang udah takut. Udah, lagian sekarang gak ada yang namanya hantu - hantuan
Ucok : Jadi yang
tadi kalau bukan hantu, apa?
Alan : Setan,
mungkin
Kemudian ada suara seorang anak kecil yang
menghampiri mereka.
Anak : Kakak!
Lala : (teriak)
suara apa itu....
Mereka pun dihampiri oleh anak
berbaju putih dan berwajah aneh. Pak
dukun menyemburkan air kearah anak tersebut. Namun anak itu
tidak kabur. Pak dukun itupun langsung kabur bersama preman dan Ucok. Lala dan Alan tetap terpaku disana. Alan terus berdzikir sehingga anak tersebut berhenti menghampirinya.
Lala : Bagus Alan, terusin! Itu setannya udah mau pergi.
Anak : Ih, kakak ngompol. (menunjuk alan)
Lala : (melihat
air yang dibawah) Ih Alan jorok banget
Anak : Kak,
tolongin aku dong.
Mereka berdua langsung lari
meninggalkan anak tersebut karena terlalu takut.
Adegan 5
Anak : Kok pada lari sih? Mana aku dibilangin hantu lagi.
Emang ya, orang desa ini punya otak cuma setengah. Jadi ini gimana dong? Aku mau minta tolong nyari ibu, malah pada kabur semua.
Kemudian anak itu pergi dari sana. Mereka
yang berlari kembali lagi ditempat yang sama. Mereka semua memutuskan berhenti sambil
beristirahat sejenak.
Preman :
Bang! Kau kenapa lari?
katanya kau orang sakti?
Alan : Kan udah aku bilang, jangan percaya sama dukun kayak
beginian. Musyrik
tau.
Pak dukun : Aku tadi lupa mantra.
Ucok : Masih juga banyak alasan.
Pak dukun : (merogoh saku dan mengeluarkan boneka) Kalian
tau ini apa? Mau kalian aku santet?
Preman : Yaudah, jadi gimana?
Pak dukun : Kalian semua tenang saja, biar saya yang mengurus semua.
Ucok : Jangan
gagal kaya tadi. Keluarkan semua vocabulary mantramu pak.
Pak : Udah, kalian diam (pak dukun
melakukan ritual)
Ketika mekukan ritual, datanglah anak kecil yang tadi dari belakang.
Semuanya pun berteriak, Ketika
mereka hendak lari,
datanglah seorang ibu dari arah yang lain. Mereka pun berteriak ketakutan. Namun, ternyata itu adalah ibu penjual ketan yang mereka temui tadi sore
Ibu ketan : (menampar orang yang berada paling dekat dengan
dengan dia) Woi! Jangan teriak –teriak, ngilu
telingaku ini.
Ucok : Mak, tolong
mak.
Ibu ketan : (menampar
bibir ucok) mamak? kau kira aku mamakmu?
Pak dukun : Tolong kami, ada setan buk.
Ibu ketan : Mana setannya? Biar kubacok dia.
Lala : Itu buk
(menunjuk seorang anak – anak)
Ibu ketan : (sambil melihat dengan seksama) Oh, kamu disini ya? dari tadi mama
cari nggak jumpa – jumpa, ternyata masih disini. Ayo, sekarang pulang! (sambil menjewer telinga
anaknya)
Alan : Loh, ini
anak ibu?
Ibu ketan : Iya, ini anak saya
Lala : Oh, kami kirain ...
Ibu ketan : Kirain apa?
Entah kenapa
bapak dukun terkesima dengan ibu ketan.
Pak dukun : Maaf, tadi nggak tau kalau ini anak nya.
Ibu ketan : Oh
Pak dukun : Jangan ketus – ketus gitu dong. Tau nggak apa bedanya garuda
sama kamu?
Ibu ketan : Hmm?
Pak dukun : Kalau garuda di dadaku kalau kamu, aduh jadi malu
Ibu ketan :
Aku apa?
Pak dukun :
Dihatiku
(yang lainnya
terlihat heran)
Ibu ketan : Apaan sih? Ayo nak pulang kerumah.
Ibu
ketan pun pergi bersama anaknya masuk kedalam kegelapan hutan. Tanpa diketahui siapapun, pak dukun yang
merasa terkesima dengan Ibu ketan menguntit Ibu dan anak tersebut
Ucok : Kirain apa,
rupanya Cuma anak kecil bah.
Tapi sekarang gimana nih? Kita lupa nanya jalan keluar sama ibu tadi.
Preman : Aku udah capek kali ini, kalian
kalau mau lanjut keliling hutan silahkan. Aku mau tidur disini nunggu pagi.
Alan : Aku setuju
Ucok : Yaudah
Lala : Nggak, aku gamau tidur. Nanti kalian
apa - apain aku. Aku begadang aja nungguin kalian tidur
Mereka semua pun
tertidur pulas, begitupun
Lala, mungkin kelelahan.
Ketika waktu subuh hampir tiba, melintaslah
2 orang. Orang tersebut lantas membangunkan mereka.
Adegan 6
Bang Mul : Cok bangun oi! Ngapain kalian tidur disini.
Ucok : (mengerang dan bangun) Bang
mul! kami tersesat dihutan ini. Woi bangun kalian! Mau pulang nggak? (membangunkan mereka semua)
Pak Jul : Wajar sih. Hutan
ini kalau udah malam, semua pohonnya tampak sama. saya yang tiap hari pulang
pergi lewat hutan ini, ga berani lewat malam
disini. teliti lagi barang – barang ada yang tinggal nggak? Saya pulang
sebentar, mau mengambil beberapa alat untuk membersihkan jalan masuk hutan ini.
Sudah sangat semak, saya tidak mau ada kejadian yang sama seperti ini lagi.
Alan : Jadi sebentar lagi kita sudah bisa
pulang kan? Alhamdulillahirabbil
alamin. Akhirnya kita bisa pulang juga.
Mereka semua pun duduk dan berbincang kecil sembari
menunggu.
Ucok : Bang! Pak
jul ini, istri dan anaknya baru meninggal kan?
Bang Mul : Iya, dulu keluarga pak jul adalah satu - satunya keluarga yang tinggal hutan ini.
Lala : Jadi?
Sekarang pak jul tinggal
sendirian dong bang? (Bang mul mengangguk)
Alan : kasihan
yaa pak juul...
Bang Mul : Anaknya kalau nggak salah sih, mati kena santet sama dukun daerah
sini. Sedangkan istrinya
dibunuh.
Preman :
Jadi? Selain pak Jul, nggak ada yang tinggal di hutan ini ya?
Bang Mul : Nggak ada lagi. Cuma dia sendiri.
Ucok : Jadi, Ibu
penjual ketan sama anaknya yang kita lihat masuk kedalam hutan ini tinggalnya
dimana dong?
Bang Mul : Bentar, Ibu penjual ketan sama anaknya? Istri pak
jul itu jualan ketan loh dan kaya yang sudah saya bilang, mereka sudah meninggal. Istrinya meninggal seminggu yang
lalu, dan anaknya ditemukan meninggal juga 1 hari setelahnya.
Lala : Kalau begitu,
jangan jangan?
Alan : Ibu ketan
dan anaknya tadi arwah? Terus dukun
yang sama kita tadi dukun yang nyantet anak itu? Begitu?
Semua
terperangah mendengar ucapan spontan Alan. Kemudian, datanglah anaknya ibu penjual ketan.
Namun, hanya Alan yang dapat melihat keberadaannya.
Alan :
Astaghfirullahaladzim, itu
bukannya anak ibu ketan ya?
Lala : Mana sih
lan? Jangan buat takut dong
Alan : Itu yang
didepan loh
Ucok : Alan,
kuretakkanlah ginjalmu itu? Ga ada apa - apa disana
Anak : (Berjalan
mendekati alan secara perlahan)
Kak, adek mau minta tolong (Langsung memegangi tangan Alan)
Alan tiba – tiba saja pingsan
Adegan 7 (Ingatan ibu
penjual ketan)
Alan : Aku dimana? (sambil ketakutan).
Tiba - tiba
datang suara entah darimana
Ibu ketan : Kamu harus menolong kami. Hanya kamu yang bisa
Alan.
Alan : Ibu siapa? Apa mau ibu?
Ibu ketan : Kamu
sedang berada di kenangan masa laluku. Aku
harap kamu bisa membantuku.
Kemudian berputarlah bagaimana dia
dibunuh oleh suaminya dan juga anaknya yang mati disantet oleh dukun sewaan
suaminya. Alan melihat semuanya dan merasa sangat ketakutan.
Ibu ketan : Aku hanya ingin membalaskan dendam kepada suamiku itu. Dialah yang membunuhku. Dia selama ini selingkuh, aku memergoki
mereka. Lalu, aku beserta
anakku dibunuh. Tolong kami alan, supaya kami bisa tenang di alam sana.
Adegan 8
Seketika alan membuka mata. Keringat telah membasahi
baju pemuda itu.
Lala : Alan!
Akhirnya, kamu kenapa?
Preman :
Iya dek, kalau kau tadi mati, bisa – bisa aku yang dituduh bunuh kau.
Alan : (dengan
wajah ketakutan) Tadi itu
aku ...
Pak jul
pun akhirnya kembali
Pak jul : Wah, ada
apa ini?
Alan : Bapak? (dengan wajah
terkejut)
Bang Mul : Kenapa dek?
Alan : Bapak pembunuh
Ibu penjual ketan kan?
Pak Jul : Kamu bicara apa? Saya ini suaminya. Kamu jangan ngawur.
Alan : Pak, saya sudah tau semuanya. Bapak kan yang membunuh istri bapak dan karena anak bapak melihat itu semua
akhirnya bapak menyuruh dukun untuk nyantet anak bapak sendiri, karena dia lari ntah kemana.
Bang Mul : Ah, Alan, jangan ngawur hahaha. Emang jika benar
demikian, apa alasan pak Jul melakukan itu semua?
Alan : Pak Jul ini membunuh anak dan istrinya karena ketahuan
selingkuh.
Pak Jul : Nggak, itu gak bener! Tahu apa kamu? Jangan sok tahu deh (dengan muka ketakutan,
kemudian melihat hantu anaknya di belakang Alan)
Kemudian pak Jul langsung kabur. Namun
ketika baru saja kabur.
Muncul lah istrinya dihadapannya
Pak Jul : Kamu ngapain
disini? Kamu kan sudah mati. (dengan muka ketakutan)
Ibu ketan : Ingat mas. Karena ketamakanmu, aku dan anak kita meninggal. Kamu harus membayar semuanya, temani
kami ke alam sana.
Kemudian,
tiba tiba saja pak Jul tercekik dan meninggal seketika. Arwah ibu ketan dan
anaknya pun menghilang. Mereka semua kaget dan menatap tidak percaya, lalu
berteriak dan berlari ke kampung untuk meminta pertolongan.
Sejak kejadian itu, sang dukun
menghilang dengan misterius dan tak kunjung ditemukan, mayat pak Jul yang merupakan suami ibu
ketan pun di amankan oleh pihak berwajib. Cerita petualangan mereka menjadi
gosip dan terus menyebar keseluruh kampung. Setelah kejadian itu mereka semua
kembali hidup seperti biasa. Sedangkan hutan tersebut ditutup oleh masyarakat
sekitar karena takut akan ada kejadian yang sama. Seminggu kemudian, dilakukan
pembersihan makhluk halus oleh alim ulama yang didatangkan dari seluruh tempat.
TAMAT